Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat – Tembang Macapat adalah kumpulan syair dalam bahasa Jawa yang biasa ditembangkan atau dilagukan pada saat selamatan bayi atau acara syukuran lainnya. Namun, dibalik budaya yang semakin terpinggirkan ini, Sunan Kalijaga, sang pembuatnya, selain agama Islam, juga menyisipkan ajaran tentang misteri kehidupan di dalamnya.

Sunan Kalijaga adalah seorang penyebar agama Islam yang menggunakan pendekatan budaya sebagai sarananya. Karena beliau merupakan salah seorang anggota wali songo yang berasal dari Jawa sehingga lebih mengenal ciri khas dan watak serta kepribadian masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi adat dan budaya.

Sehingga agar agama Islam dapat diterima oleh masyarakat jawa, Sunan Kalijaga menciptakan tembang (lagu) yang berisi nasehat, filsafat dan ajaran Islam lalu dikumpulkan dalam satu kumpulan tembang yang disebut “macapat

Dalam macapat inilah tersimpan ajaran adiluhung tentang misteri kehidupan atau perjalanan hidup manusia sejak dalam kandungan hingga akhir hayatnya. Orang Jawa menyebutnya sebagai “Sangkan Paraning Dumadi”, sedangkan Sunan Kalijaga menerjemahkannya dalam ajaran Islam “Ina lillahi wa ina lillahi rojiun.”

Berikut ini, spot-misteri menuliskan ajaran-ajaran Sunan Kalijaga dalam tembang Macapat berdasarkan orasi ilmiah KH. Ahmad Mufawiq, Ketua LDNU Pusat di Tuban, Jawa Timur.

Pengertian Macapat

Berdasarkan cara membacanya, macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Akan tetapi, pada penerapannya tidak semua tembang macapat bisa dinyanyikan empat-empat suku kata.

Di dalam setiap bait tembang macapat memiliki baris kalimat yang disebut dengan istilah gatra, dan setiap gatra memiliki sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu dan yang berakhir pada bunyi sajak akhir disebut sebagai guru lagu.

pengertian macapat

Pada umumnya tembang kehidupan atau Tembang Macapat, dilagukan dengan cara lepas tidak di iringi dengan gamelan dan biasanya digunakan untuk acara ritual seperti, kidung rahayu atau kidung purwojati atau kidung lainnya yang ditembangkan untuk meminta keselamatan dan dijauhkan dari bencana.

Selain itu tembang macapat juga sering dilantumkan pada acara-acara seperti wungon tirakatan oleh orang-orang jawa, pada waktu kelahiran bayi (bayenan) atau juga upacara jagong bayi di rumah orang yang baru saja melahirkan (jagongan bayen).

Acara seperti ini bahkan ada yang melakukanya selama 35 hari (selapan). Yang digunakan untuk menembang biasanya dari serat makukuhan, serat ambiya, serat rama dan lainya.

Seiring dengan berjalanya waktu, tembang macapat yang biasanya digunakan sebagai sarana ritual akhirnya muncul kesenian yang disebut Langen Mandrawanara di keraton kesultanan Yogyakarta dan Langendriyan di Surakarta.

Tembang macapat juga digunakan sebagai pengganti dialog tokoh wayang yang keluar pada setiap adegan.

Misteri Macapat

Misteri kehidupan dalam tembang Macapat berawal dari pengertian macapat itu sendiri yaitu “Maca Barang Papat” atau membaca empat komponen yang menyertai hidup manusia. Karena di dalam diri manusia terdapat empat (papat) komponen yang disebut sebagai saudara gaib atau “sedulur papat lima pancer” yang terdiri dari “kakang kawah, adi ari-ari, getih dan puser”.

misteri macapat
Menurut Sunan Kalijaga, yang juga menyisipkan ajaran "sedulur papat lima pancer" dalam pewayangan, Pandawa Lima merupakan perwujudan manusia dan saudara gaibnya dimana Puntadewa sebagai pancer, Werkudara sebagai puser, Arjuna sebagai getih dan Nakula-Sadewa sebagai adi ari-ari.

Pesan dalam tembang macapat ini, manusia apabila ingin selamat dalam hidupnya baik di dunia maupun akhirat harus mengenal terlebih dahulu “sedulur papatnya” atau saudara gaibnya atau juga empat nafsu dalam dirinya.

Manusia atau “pancer” harus belajar mengenal kemudian mengajak atau mengendalikan serta mengarahkannya ke jalan kebaikan sehingga selamat dalam hidupnya.


Pengertian Masing-masing Tembang

Dalam kehidupan manusia ada 11 fase kehidupan yang harus dilalui, oleh Sunan kalijaga, tahapan-tahapan kehidupan tersebut diwujudkan dalam bentuk tembang atau lagu dalam bahasa Jawa seperti berikut ini.

1. Maskumambang

Dalam tembang Maskumambang, digambarkan manusia masih berada di dalam kandungan ibunya. Fase manusia saat di dalam kandungan dimana “mas” atau ruh kita masih "mengapung" atau "kumambang" di alam ruh dan kemudian ditiupkan dalam janin.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Saat berada di dalam kandungan ibu, janin mengambang atau “kumambang” di dalam perut selama sembilan bulan ditemani dengan air kawah, ari-ari, getih dan puser yang menjadi sarana hidupnya.

Salah satu syair tembang Maskumambang seperti berikut ini.

Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi 
Enggal tulungana 
Awakku kecemplung warih 
Gulagepan wus meh pejah

Syair tembang ini menceritakan kondisi jabang bayi atau janin yang mencari ibunya karena masih berada dalam awang-awang atau kumambang.


2. Mijil

Tembang mijil menggambarkan proses kelahiran atau keluarnya bayi dari perut ibu baik laki-laki maupun perempuan. Dimana “Mijil” artinya keluar. Ini adalah fase keluarnya bayi, dimana kita pertama kali melihat kehidupan di dunia. Sehingga bayi menangis dan melepaskan rahasia-rahasia yang tersimpan dalam kepalan tangan mungilnya.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Sehingga salah satu syair dalam tembang mijil adalah seperti dibawah ini.

Poma kaki dipun eling 
Ing pitutur ingong 
Sira uga satriya arane 
Kudu anteng jatmika ing budi 
Ruruh sarta wasis 
Samubarangipun 

Syair tersebut bertujuan untuk menenangkan bayi yang sedang menangis dengan harapan bayi tersebut akan menjadi seorang satria atau manusia yang tenang, baik hati dan menguasai banyak ketrampilan.


3. Kinanthi

Tembang Kinanthi menggambarkan kehidupan manusia pada masa kanak-kanak yang harus dibekali dengan ilmu agama. “Kinanthi” artinya dibekali, sehingga pada masa kecil ini seorang anak harus dibekali dengan ahlak, budi pekerti dan ilmu agama.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Berikut ini adalah syair-syair yang sering digunakan dalam tembang Kinanti.

Dhuh anak mas sira wajib angurmati
Marang yayah rena
Aja pisan kumawani
Anyenyamah gawe susah

Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi
Ha nemu duraka
Ing donya tumekeng akhir
Tan wurung kasurang-surang

Syair-syair tersebut berisi ajaran budi pekerti khususnya tentang rasa hormat kepada orang tua, menghormati orang tua, mematuhi nasehatnya dan dilarang melawan orangtua. Karena pada saat manusia masih kecil, akan lebih mudah untuk membimbingnya dan memberi bekal pengetahuan, budi pekerti dan agama.

4. Sinom

Tembang Sinom menggambarkan tahapan kehidupan manusia yang menginjak remaja atau “nom-noman” atau masa muda. Sinom adalah masa muda, masa dimana kita tumbuh mulai mencari jati diri dan berkembang mengenal hal-hal baru dalam kehidupan salah satunya sudah mulai tertarik dengan lawan jenisnya.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Syair-syair dalam tembang Sinom berisi nasehat-nasehat untuk meniru atau meneladani tokoh-tokoh yang berbudi luhur seperti berikut ini.

Dedalane guno lawan sekti
kudu andhap asor
Wani ngalah dhuwur wekasane
Tumungkula yen dipun dukani
Bapang den simpangi
ono catur mungkur

Nulada laku utama
Tumrape wong tanah Jawi
Wong agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senopati

Kepati amarsudi
Sudane hawa lan nepsu
Pinepsu tapa brata
Tanapi ing siyang ratri
Amamangun karyenak tyasing sesami

Pada masa muda ini, manusia seolah berubah menjadi raksasa atau “buto” yang ingin memuaskan hawa nafsunya. Coba kita lihat porsi makan, keinginan yang harus dipenuhi dan rasa ingin tahu yang amat besar. Sehingga pada masa muda ini, dibutuhkan kebijaksanaan orang tua dalam mengarahkan anaknya.

5. Asmaradhana

Tembang Asmaradhana atau “asmara dahana” yang artinya api asmara menggambarkan fase kehidupan dimana kita sedang jatuh cinta dan terbakar api asmara. Fase paling dinamik dan berapi-api dalam kehidupan, masa pencarian cinta dan pasangan hidup.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Syair dalam tembang Asmaradhana berisi tuntunan dan nasehat dalam memilih pasangan hidup seperti dibawah ini.

Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitané

Luput pisan kena pisan

Lamun gampang luwih gampang
Lamun angèl, angèl kalangkung
Tan kena tinumbas arta

Pada tahap ini, adalah tahap paling penting dalam kehidupan manusia yang akan menentukan kebahagiaan hidup. Dan pada tahap ini, biasanya seseorang susah untuk diberi pengertian dan nasehat.

6. Gambuh

Tembang Gambuh menggambarkan fase kehidupan dimana manusia sudah menemukan pasangan hidupnya lalu bersatu (jumbuh) untuk memulai kehidupan rumah tangga. Pada fase inilah, dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci. Gambuh artinya berkumpulnya atau bersatunya dua hati dalam satu bahtera rumah tangga.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Syair dalam tembang Gambuh adalah sebagai berikut.

Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpa tutur katula-tula katali,
Kadaluwarsa kapatuh,
Kapatuh pan dadi awon.

Aja nganti kabanjur,
Barang polah ingkang nora jujur,
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik,
Becik ngupayaa iku,
Pitutur ingkang sayektos.

Tutur bener puniku,
Sayektine apantes tiniru,
Nadyan metu saking wong sudra papeki,
Lamun becik nggone muruk,
Iku pantes sira anggo.

Ana pocapanipun,
Adiguna adigang adigung,
Pan adigang kidang adigung pan esthi,
Adiguna ula iku,
Telu pisan mati sampyoh.

Si kidang ambegipun,
Angandelaken kebat lumpatipun,
Pan si gajah angandelken gung ainggil
Ula ngandelaken iku,
Mandine kalamun nyakot.

Iku upamanipun,
Aja ngandelaken sira iku,
Suteng nata iya sapa kumawani,
Iku ambeke wong digang,
Ing wasana dadi asor.

Adiguna puniku,
Ngandelaken kapinteranipun,
Samubarang kabisan dipundheweki,
Sapa bisa kaya ingsun,
Togging prana nora enjoh.

Ambek adigung iku,
Angungasaken ing kasuranipun,
Para tantang candhala anyenyampahi,
Tinemenan nora pecus,
Satemah dadi geguyon.

Ing wong urip puniku
Aja nganggo ambek kang tetelu,
Anganggowa rereh ririh ngati-ati,
Den kawangwang barang laku,
Kang waskitha solahing wong.

Pada saat berumah tangga, dimana dua kepribadian yang berbeda luluh menjadi satu sehingga masing-masing harus berlaku rendah hati mau mengakui kelebihan dan kekurangannya lalu saling mengisi kekurangan yang satu dengan kelebihan pasangannya.

Bukan malah bersikap adigang, adigung dan adiguna yang akan membuat rumah tangga tidak tentram dan berakhir dengan perceraian.

7. Dhandang Gula

Tembang Dhandang gula menggambarkan perjalanan hidup manusia dalam mengarungi bahtera rumah tangga dan merasakan pahit dan manisnya kehidupan keluarga. Pada fase ini, manusia harus berjuang dalam hidupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan keutuhan rumah tangganya.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Sehingga syair yang digunakan dalam tembang Dhandang Gula ini berisi petuah dalam menjalani kehidupan salah satunya dengan sering melakukan tirakat atau prihatin seperti berikut ini.

Aja turu soré kaki
Ana Déwa nganglang jagad
Nyangking bokor kencanané
Isine donga tetulak
Sandhang kelawan pangan
Yaiku bagéyanipun
wong melek sabar narima

Jika mendapatkan pasangan yang baik maka kita akan merasakan manisnya (gula) hidup berumah tangga, namun sebaliknya, jika mendapatkan pasangan yang buruk maka kita akan merasakan pahit (dhandang) kehidupan.

Jadi, dhandang gula adalah pahit manisnya kehidupan bersama keluarga atau pasangan hidup.

8. Durma

Tembang durma menggambarkan tahapan kehidupan dimana kita sudah mulai melakukan intropeksi diri kemudian mengamalkan atau mendermakan harta benda dan ilmu yang kita miliki. Seperti syair berikut ini.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Mundur kang dadi tata krama
Dur iku duratmoko duroko dursila
Dur iku durmogati dursosono duryudono
Dur udur tan mampu nimbang rasa
Dur udur paribasan pari kena

Maknane nglaras rasa jroning durma
Sinom dhandanggula kang sinedya
Lali purwaduksina kelon asmaradana
Lali wangsiting ibu lan rama

Mangkono werdine gambuh durma
Amelet wong enom ing ngarcapada
Pan mangkono
Jarwane paribasan parikena

Fase dimana kehidupan harus lebih banyak digunakan untuk beribadah, beramal shalih, membantu orang lain, menyantuni fakir miskin dan melakukan kegiatan social lainnya.

9. Pangkur

Tembang Pangkur ini menggambarkan tahapan kehidupan dimana nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita sudah mulai berkurang sehingga seolah kita harus mulai melepaskan kenikmatan duniawi seperti pandangan mata mulai kabur, gigi sudah mulai berkurang, pendengaran berkurang dan lain-lain. Sehingga sebaiknya kita mulai mendekatkan diri kepada Tuhan YME.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Mingkar-mingkuring ukara
Akarana karenan mardi siwi
Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta

Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
Kang tumrap ing tanah Jawa
Agama ageming aji.

Jinejer ing Wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi sepa lir sepah asamun

Samasane pakumpulan
Gonyak-ganyuk nglelingsemi.
Nggugu karsane priyangga,
Nora nganggo peparah lamun angling,

Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman,
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu,
Sinamun samudana,
Sesadoning adu manis.

Si pengung nora nglegewa,
Sangsayarda denira cacariwis,
Ngandhar-andhar angendukur,
Kandhane nora kaprah,

Saya elok alangka longkangipun,
Si wasis waskitha ngalah,
Ngalingi marang sipingging.

Mangkono ilmu kang nyata,
Sanyatane mung we reseping ati,
Bungah ingaran cubluk,
Sukeng tyas yen den ina,

Nora kaya si punggung anggung gumunggung,
Ugungan sadina dina,
Aja mangkono wong urip.

Uripe sapisan rusak,
Nora mulur nalare ting saluwir,
Kadi ta guwa kang sirung,
Sinerang ing maruta,

Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
Pindha padhane si mudha,
Prandene paksa kumaki.


Pangkur berasala dari kata “mungkur” atau membelakangi sehingga tembang pangkur menggambarkan fase mulai membelakangi kenikmatan dunia lalu beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

10. Megatruh

Tembang Megatruh menggambarkan tahap akhir kehidupan manusia di dunia fana ini dimana raga dan sukma berpisah (megat-ruh) atau meninggal dunia. Raga akan ditinggal di dunia sedangkan suksma atau nyawa menuju kehidupan selanjutnya.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Ina lillahi wa ina lillahi rojiun..

Kabeh iku mung manungsa kang pinujul
Marga duwe lahir batin
Jroning urip iku mau
Isi ati klawan budi
Iku pirantine ewong
Sigra milir kang gèthèk sinangga bajul
Kawan dasa kang njagèni
Ing ngarsa miwah ing pungkur
Tanapi ing kanan kéring
Kang gèthèk lampahnya alon


11. Pucung

Tembang Pucung atau Pocong menggambarkan peristiwa akhir dari kehidupan manusia saat jenazah di beri kain kafan (pocong) dan diantarkan ke tempat peristirahatan terakhir yaitu makam atau kuburan.

Misteri Kehidupan Dibalik Tembang Macapat

Setelah itu kita akan memasuki pintu yang sempit atau “jalan sing ciyut” yang hanya berukuran 2x2m yaitu makam kita. Sehingga dalam masyarakat Jawa, orang-orang yang sudah tua sering dipanggil “buyut” kepanjangan dari “bakal mlebu lawang ciyut” artinya orang yang akan memasuki pintu yang sempit yaitu kuburan.

Baik dan buruknya seseorang dapat dilihat dari akhir hidupnya, mengalami chusnul khotimah atau su’ul khotimah. Dan semuanya itu tergantung pada amal semasa hidupnya termasuk ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dan yang lebih penting lagi, apabila manusia mengetahui tujuan hidupnya seperti terdapat dalam falsafah “sangkan paraning dumadi.

Ngelmu iku kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budaya pangekese dur angkara

Angkara gung neng angga anggung gumulung
Gegolonganira
Triloka lekeri kongsi
Yen den umbar ambabar dadi rubeda.

Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martatama

Taman limut durgameng tyas kang weh limput
Karem ing karamat
Karana karoban ing sih
Sihing sukma ngrebda saardi pengira

Inilah 11 tembang dalam macapat yang mengandung misteri kehidupan umat manusia mulai di dalam kandungan ibu, terlahir dan akhirnya kembali lagi kepada sumber kehidupan. Falsafah inilah yang disebut “sangkan paraning dumadi” atau asal dan tujuan hidup manusia di dunia.

Setelah membaca tembang Macapat, biasanya dilanjutkan dengan acara makan-makan dengan menu nasi tumpeng. Karena di desa, cara makannya menggunakan tangan. Oleh Sunan Kalijaga, selesai makan disediakan tiga tempat air untuk cuci tangan dimana masing-masing tempat air cucian tersebut diisi dengan bunga Mawar, Kenanga dan Kantil.

Maknanya : dalam kehidupan ini berwarna warni (Mawarno warno), manusia boleh berbuat apa saja (keno ngono keno ngene) namun apapun yang kita perbuat harus selalu menyertakan Tuhan di dalam hati kita (kantil).

Kesimpulan

Demikian pembahasan spot-misteri tentang misteri dibalik tembang Macapat. Satu budaya adiluhung warisan Sunan Kalijaga yang saat ini sudah mulai dipinggirkan karena dianggap tidak islami atau berbau Hindu.

Padahal tembang Macapat adalah karya asli dari Sunan Kalijaga, seorang anggota wali songo, penyebar agama Islam di pulau Jawa. Inilah warisan dari Islam Indonesia atau Islam Nusantara yang asli dan patut kita lestarikan.

Semoga Bermanfaat

Artikel Lainnya :



Tidak ada komentar