8 Perayaan Kematian Di Asia

8 Perayaan Kematian Di Asia - Dalam kehidupan umat manusia ada tiga peristiwa penting yang dialami oleh setiap manusia yaitu kelahiran, pernikahan dan kematian. Jika peristiwa kelahiran disambut dengan suka cita dan kegembiraan akan hadirnya manusia baru dalam kehidupan maka pada peristiwa kematian selalu diiringi dengan isak tangis dan air mata yang tertumpah karena perasaan kehilangan atau ditinggalkan seseorang yang dicintai.

Kematian bagi manusia adalah peristiwa perpisahan seorang manusia dengan segala yang dimilikinya di dunia, harta benda, anak, istri dan sanak keluarga serta segala suka duka kehidupan.

Karena semua mahluk hidup akan mengalamai kematian maka alangkah baiknya apabila saat masih hidup, kita selalu mengingat akan kematian agar menjadi peringatan atau batasan dalam menjalani kehidupan sehingga kita dapat menyambut kematian dengan senyuman.

Ada beberapa cara dalam menyambut atau merayakan kematian serta penghormatan terhadap arwah leluhur yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Asia sesuai dengan latar belakang agama dan budayanya. Berikut ini adalah 8 Perayaan kematian yang terjadi di benua Asia :

1.    Upacara Adat Ngaben

Ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali, Indonesia. Upacara adat Ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim jenazah pada kehidupan mendatang.

Dalam upacara ini, jenazah diletakkan dengan posisi seperti orang tidur. Keluarga yang ditinggalkan pun akan beranggapan bahwa orang yang meninggal tersebut sedang tertidur. Dalam upacara ini, tidak ada air mata yang tertumpah karena mereka menganggap bahwa jenazah hanya tidak ada untuk sementara waktu dan menjalani reinkarnasi atau akan menemukan peristirahatan terakhir atau Moksha yaitu suatu keadaan dimana jiwa telah bebas dari reinkarnasi dan roda kematian.
8 Perayaan Kematian Di Asia

Upacara ngaben ini juga menjadi simbol untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal.

Bagi masyrakat di Bali, Ngaben adalah momen bahagia karena dengan melaksanakan upacara ini, orang tua atau anak-anak telah melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga.

Puncak Upacara adat Ngaben adalah prosesi pembakaran keseluruhan struktur yaknik Lembu atau vihara tadi berserta dengan jenasah. Prosesi Ngaben biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Bagi jenasah yang masih memiliki kasta tinggi, ritual ini bisa dilakukan selama 3 hari. Namun, untuk keluarga yang kastanya rendah, jenasah harus dikubur terlebih dahulu baru kemudian dilakukan Ngaben.

2. Festival Bon

Festival yang satu ini diadakan setiap tahunnya di Jepang selama hampir 500 tahun. Festival Bon merupakan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jepang untuk menghormati dan memperingati perjuangan dan jasa-jasa nenek moyang mereka.

Festival kematian umat budha Jepang yang satu ini berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan di hari ke-15 di bulan Agustus. Meskipun merupakan ritual kematian festival Bon dirayakan dengan meriah, melibatkan kembang api, permainan rakyat, jamuan makan dan tari-tarian.

8 Perayaan Kematian Di Asia

Salah satu yang khas dari festival ini adalah ketika para peserta melakukan Bon Odori, yakni sebuah tarian selamat datang untuk menyambut kedatangan para arwah leluhur mereka.

Festival Bon berawal dari sebuah legenda tentang seseorang yang memohon berkat dan pertolongan dari Sang Budha. Ketika ia sedang khusyuk bermeditasi, tiba-tiba ia melihat bayangan ibunya yang telah meninggal dunia terjebak di dunia arwah. Ibunya terlihat menyedihkan dan menderita sekali bergentayangan di alam kematian.

Kemudian Sang Budha memberinya sebuah nasihat untuk memberikan sebuah penghormatan kepada pendeta-pendeta yang telah menyelesaikan meditasi musim panas mereka. Dan ketika pertapa tersebut melakukan anjuran tersebut, ia melihat arwah ibunya terbebas dari belenggu yang menyiksanya. Seketika ia menari di luar kesadarannya saking gembiranya.

3. Chuseok

Masih dari daratan Asia Timur, Festival Chuseok ini dirayakan oleh masyarakat Korea Selatan selama tiga hari. Serupa dengan Festival Bon di Jepang, masyarakat Korea Selatan melakukannya sebagai ucapan terimakasih dan rasa syukur terhadap arwah nenek moyangnya atas panen yang berlimpah.

Selama Festival Chuseok ini berlangsung masyarakat Korea kembali ke rumah para leluluhurnya untuk melakukan sebuah ritual dan memanjatkan doa-doa. Sebelum fajar menyingsing mereka telah mempersiapkan untuk mempersembahkan semacan sesajian kesukan para leluhur, yakni nasi yang mereka sebut dengan Songpyeon.

8 Perayaan Kematian Di Asia

Setelah mempersembahkan sesajian kesukaan leluhur, mereka kemudian melakukan sebuah ritual pembersihan makam-makam leluhur mereka, kemudian berdoa, ritual ini dikenal dengan sebutan Charye. Setelah itu barulah mereka merayakannya dengan melakukan makan bersama, menari dan menikmati minuman khas mereka.

4. Gaijatra

Gaijatra, juga disebut Festival Sapi, adalah festival delapan hari dirayakan pada bulan Agustus dan September di Nepal. Selama perayaan prosesi sapi yang berbaris melalui pusat kota, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai dalam tahun lalu. Kecuali-tentu saja-sapi tidak dapat ditemukan, dalam hal ini anak laki-laki berpakaian seperti sapi akan cukup.

Sapi dianggap suci dalam agama Hindu, dan diperkirakan bahwa sapi dapat membantu membimbing yang baru saja meninggal ke alam baka. Gaijarta adalah perayaan cahaya-hati kematian, dimaksudkan untuk membantu orang menerima kematian sebagai kenyataan dan untuk membantu meringankan lewat orang-orang yang telah meninggal.

5. Festival Qingming

Festival satu ini dilakukan oleh masyarakat China, dikenal dengan nama Festival Qingming. Masyarakat China melakukan sebuah penghormatan kepada para arwah leluhur mereka, dengan cara mengunjungi dan membersihkan makam-makam para leluhur mereka. Festival Qingming ini diselenggarakan setiap tahunnya di pertengahan April.

Ketika mengunjungi makam leluhur, masyarakat China senantiasa membawa makanan, teh dan uang tiruan sebagai bekal untuk para arwah di alam setelah kehidupan. Berdasarkan keterangan Festival Qingming ini telah berlangsung di zaman Dinasti Tang, masa Kerajaan Xuanzong pada 732 SM. Ketika itu sang kaisar mengatakan di China sudah terlalu banyak ritual yang ditujukan untuk para arwah leluhur, dan sudah saatnya dilakukan satu ritual besar yang ditujukan untuk Qingming saja.

Selain untuk menghormati para leluhur, masyarakat China pun merayakan Festival Qingming untuk menghormati para pahlawan mereka, termasuk orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Tiananmen Square.

6. Hungry Ghost Festival, China

Festival yang satu ini baru dikenal sebagai Festival Hantu Lapar atau Festival Arwah Penasaran (Hungry Ghost Festival). Ritual ini dirayakan oleh masyarakat China di malam ke-15 di bulan ketujuh menurut kalender China.

Masyarakat China percaya selama bulan ketujuh banyak arwah penasaran yang keluar dari akhirat untuk mengunjungi saudara-saudara mereka yang masih hidup. Baik bagi penganut Tao maupun Budha festival Hungry Ghost  ini merupakan sebuah ritual yang khidmat, karena bertujuan selain untuk menghormati juga untuk meringankan penderitaan arwah para kerabat mereka.

8 Perayaan Kematian Di Asia

Selama ritual berlangsung masyarakat China memberikan sesajian berupa makanan, teh, uang dan pakaian sebagai bekal bagi arwah kerabat mereka. Keindahan dari ritual ini adalah banyaknya lampu lampion warna-warni yang dilarungkan di danau ataupun sungai, berdasarkan kepercayaan cahaya lampu tersebut untuk menuntun para arwah kembali ke akhirat.

7. Pitru Paksha, India

Pitru Paksha merupakan fastival kematian yang diselenggarakan pada hari ke-15 di bulan Ashwin (kalender Hindu). Sebuah ritual yang dilakukan untuk menghormati arwah para leluhur yang melibatkan banyak sesajian (makanan).

Di dalam mitologi Hindu, ketika jiwa Karna lepas dari tubuhnya dan mencapai surga, ia tidak dapat menemukan apapun selain emas untuk dimakan. Karena merasa lapar, ia pun memohon kepada Dewa Indra untuk memberinya makanan. Namun Dewa Indra menolaknya, bahkan ia mengatakan itu adalah akibat semasa hidupnya Karna tidak pernah memberikan makanan kepada arwah leluhurnya. Namun setelah terjadi perbincangan di antara keduanya, Karna pun diizinkan untuk turun ke bumi selama 15 hari guna memberikan makanan dan minuman kepada para arwah leluhurnya.

Selama festival Pitru Paksha, sesajian diberikan kepada para arwah leluhur dan orang-orang biasa yang meninggal dunia, ritual tersebut dipimpin oleh para pandita. Dan jika para arwah leluhur menerima sesajian dan ritual berlangsung dengan benar, maka umat hindu tersebut akan mendapatkan kemakmuran, kesehatan dan keselamatan.

8. Rambu Solok, Indonesia

Perayaan kematian atau festival kematian yang terkenal di Indonesia selain Ngaben adalah Perayaan Kematian Suku Toraja, Sulawesi Selatan yang disebut Rambu Solok. Perayaan Rambu Solok dilakukan untuk menghormati dan mengebumikan arwah dan jasad leluhur.

Bagi masyarakat Toraja, selain sudah menjadi tradisi turun-temurun, perayaan Rambu Solok adalah perayaan yang menunjukkan gengsi keluarga. Semakin banyak jumlah kerbau yang dikorbankan dalam acara tersebut maka semakin terpandang keluarga itu dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan ukuran tanduk kerbau yang dipasang di rumahnya.

8 Perayaan Kematian Di Asia
Perayaan Rambu Solok memakan waktu selama 8 hingga 9 malam. Dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, adu kaki dan pementasan beberapa musik serta beberapa tarian Toraja.

Puncak perayaan Rambu Solok  adalah prosesi mengantar jenazah menuju tempat pemakamannya. Yang unik dan menarik adalah jenazah atau mayat tersebut berjalan sendiri dibantu dengan kekuatan gaib diiringi sanak keluarga yang mengantarnya menuju goa yang berada di lereng gunung.

Demikian pembahasan tentang 8 Perayaan Kematian di Asia.


Tidak ada komentar