Misteri Pembalasan Biawak Buntung

Misteri Pembalasan Biawak Buntung

Di Balikpapan, terutama di daerah pedesaan, Biawak banyak ditemui dan berkeliaran di rawa, di ladang dan dibawah kolong rumah penduduk. Karena banyak rumah penduduk yang masih menggunakan arsitektur peninggalan leluhurnya yaitu rumah adat Lamin atau rumah panggung sehingga di bawah kolong rumah memberikan tempat bagi Biawak dan hewan melata lainnya.

Bagi beberapa orang meyakini jika Biawak dapat diolah menjadi makanan yang dapat mengobati berbagai penyakit kulit sehingga keberadaan Biawak semakin berkurang. Namun, Biawak adalah mahluk ciptaan Tuhan. Mereka akan membalas jika diperlakukan dengan semena-mena, bentuk pembalasannya bermacam-macam.

gambar biawak
Kisah berikut ini adalah kisah nyata seorang sales kosmetik di kota Balikpapan yang menjadi korban pembalasan akibat perlakuan semena-mena terhadap Biawak.

Baca Juga : 
Sore itu langit kota Balikpapan begitu cerah. Bias warna biru jingga semburat di cakrawala. Matahari seolah enggan tenggelam, menebarkan sinarnya yang semakin redup.

Di sebuah ruko kosong yang memiliki halaman luas, anak-anak kecil sedang bermain dengan riangnya, berlari-lari, berkejaran dengan teman-temannya. Sementara ibu-ibu mereka duduk bergerombol membicarakan berbagai permasalahan yang menyangkut kebutuhan hidup khususnya tentang isu kenaikan harga LPG 12 kg yang dapat mencekik anggaran rumah tangga.

Tiba-tiba datang seorang wanita cantik dengan bibir berwarna merah muda, bedak tipis, seulas rona merah membayang di pipinya dan eye shadow yang menambah kecantikannya. Seorang sales kosmetik, dengan ramah menawarkan dagangannya, "selamat sore ibu-ibu, nama saya Indah, saya menawarkan kosmetik yang akan membuat ibu-ibu bertambah cantik dan suami akan betah di rumah."

"Tidak Mbak, terima kasih." Jawab mereka serempak. Bagi mereka kosmetik merupakan salah satu kebutuhan yang harus di pangkas atau dikurangi.

"Harganya tidak mahal ibu-ibu dan  pembayarannya bisa di angsur setiap Minggu. Bagaimana?" Tanya Indah.

"Tidak Mbak." Jawab mereka tidak bergeming mendengar tawaran Indah.
"Begini Ibu-ibu, saya mau cerita, teman saya sesama sales, baru setahun yang lalu menikah sekarang sudah bercerai."

"Tahu sebab-musababnya Ibu-ibu?"

Ibu-ibu menggelengkan kepalanya, lalu Indah meneruskan ceritanya.

"Masalahnya sepele saja, teman saya sejak menikah jadi malas berdandan. Mungkin itu salah satu penyebab suaminya selingkuh. Apa salahnya seorang wanita sedikit berdandan? Meskipun kewajiban rumah tangga harus tetap dilaksanakan. Dan yang lebih penting lagi suami akan betah di rumah."

Ibu-ibu ditempat itu terpengaruh mendengar cerita Indah. Ketakutan terbesar mereka apabila suaminya berpaling kepada wanita lain.

"Berapa harga lipstik yang ini Mbak? Kalau bisa di angsur saya ambil dua, yang warna merah sama warna pink.." Tanya seorang ibu muda.

Ibu-ibu yang lain tidak mau kalah, mereka ikut-ikutan, maklum ibu-ibu. Tidak di kampung, tidak di perumahan, di antara mereka ada persaingan terselubung. 

Indah tersenyum lega, strategi pemasarannya berhasil. Setelah berkeliling hampir seharian, baru sekarang dagangannya laku meskipun pembayarannya di angsur.

Seminggu kemudian Indah datang lagi ke ruko kosong itu untuk menagih uang pembayaran dan menawarkan dagangan lainnya.  Akhirnya terjalin hubungan pertemanan yang akrab di antara mereka. Namun pada Minggu ke empat, yang datang ke tempat itu seorang laki-laki, bukan Indah.

"Maaf ibu-ibu, saya Bonar, suaminya Indah. Saya mendapat amanah untuk mengambil uang angsuran kosmetik." Kata lelaki itu.

"Mbak Indahnya mana? Biasanya dia datang sendiri." Tanya Bu Erni.

Lelaki yang ternyata suami Indah, diam sebentar lalu dengan mata berkaca-kaca dia berkata, "Indah sudah meninggal, empat hari yang lalu."

"Masa? Seminggu yang lalu dia masih ke sini."

"Benar bu, masak saya bohong. Kalau tidak percaya datang saja ke rumah, malam ini ada selamatan."

"Ina lillahi wa ina lillahi rojiun .." Serempak ibu-ibu bergumam.

"Bagaimana ceritanya Mas, seminggu yang lalu kami masih bertemu di sini?"

Bonar termenung, lalu dengan terbata-bata dia bercerita.

Hari itu, ketika Indah bersiap mau keliling lagi, 'nganvas' istilah yang dikenal oleh para sales. Namun mendadak ia merasa teramat pusing, pandangannya kabur lalu hilang kesadarannya. Indah jatuh pingsan. Untung ibunya cepat mengetahuinya, karena suaminya, ayah Indah, sedang keluar maka ia minta bantuan tetangga.

Rumah Indah jadi ramai oleh para tetangga yang berusaha membantu menyembuhkan Indah, seorang ibu berusaha membangunkan dengan mengoleskan bau-bauan  yang beraroma tajam sambil mengurut-urut leher Indah. Namun Indah belum juga sadar. Setelah dibacakan sesuatu dan dipegang jempol tangannya, Indah sadar lalu meronta-ronta melepaskan diri. Ibu itu kewalahan, tenaga Indah seperti berlipat ganda.

Ibu-ibu yang lain menjerit kaget sambil lari berhamburan keluar dari rumah Indah.

"Indah kesurupan .." Jerit mereka.

Setelah ketakutan mereka agak reda, mereka masuk kembali. Di dalam rumah, Indah merayap di lantai seperti seekor hewan melata, matanya terbalik, putih semua, lidahnya menjulur dan mendesis. Dari mulutnya keluar kalimat,

 "sssh .. mana tanganku .. Mana tanganku .."

Orang tua Indah memanggil paranormal atau orang pintar untuk menyembuhkan, tapi mereka semua menyerah, angkat tangan dan tidak mau mengatakan alasannya. Dua hari kemudian Indah meninggal.

Orang tuanya segera menghubungi Bonar, suami Indah yang bekerja di lokasi tambang. Sore harinya Bonar baru datang, melihat jasad istrinya yang terbujur kaku ia menangis histeris.

"Istriku .. Mengapa kau tinggalkan aku, tega nian dikau."
"Waktu aku berangkat, kau masih sehat, kenapa sekarang kau pergi."

Orang tua Indah mencoba menenangkannya.

"Sudahlah nak Bonar, mungkin ini sudah suratan takdir dari yang kuasa." Pelan-pelan Bonar merasa tenang, kemudian ia bertanya sebab kematian istrinya. Setelah mendengar cerita tentang sebab-musabab istrinya sakit, ia menjerit histeris dan berteriak-teriak.

"Alamak, dua hari yang lalu aku menabrak dua ekor biawak. Satu ekor meninggal sedangkan satunya putus tangannya. Tapi kenapa yang dibalas istriku? Kenapa bukan aku saja? Dasar biawak sialan!"

Bonar meraung-raung menangisi kesalahannya, ia sangat menyesal, karena tidak hati-hati atau karena kecerobohannya dia membunuh seekor biawak betina dan menyebabkan buntungnya tangan biawak jantan. Rupanya biawak itu menuntut balas.

Sekarang dia harus menanggung akibatnya, istri tercintanya meninggal dunia. Semua itu pembalasan dari perbuatannya yang ceroboh.

"Begitu ceritanya ibu-ibu." Kata Bonar mengakhiri ceritanya. Tampak tetes-tetes air mata membasahi pipinya. Ibu-ibu hanya diam termenung.

"Kasian Indah, ia harus menanggung hasil perbuatan suaminya."

Baca Juga : 

Tidak ada komentar