Kisah Misteri : Diganggu Hantu Penyanyi Dandut

Kisah Misteri : Diganggu Hantu Penyanyi Dandut - Banyak kisah misteri yang terjadi dalam kehidupan di sekitar kita khususnya tentang kisah hantu dan arwah penasaran. Diantara banyaknya jenis hantu dengan penampilan menyeramkan ada pula hantu atau arwah penasaran yang menampakkan diri dengan penampilan menarik dan menawan seperti hantu bekas penyanyi dangdut ini.

Kisah misteri tentang diganggu oleh hantu penyanyi dangdut ini terjadi di kota Balikpapan, tempat dimana sang penulis melangkahkan kaki menjadi seoran perantau.
“Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya’
 
Begitu kata pepatah yang artinya setiap daerah mempunyai adat kebiasaan yang berbeda sehingga sebagai seorang pendatang di daerah lain kita wajib mengikuti tata cara dan adat kebiasaan yang berlaku di daerah itu.

Adab atau kebiasaan yang sudah melekat bagi masyarakat yang tinggal di Kalimantan pada umumnya adalah sebagai berikut :
  1. Ketika ada yang menawarkan kepada kita makanan yang terbuat dari singkong atau ketan, kita harus mencicipinya walau hanya sedikit saja. Maka ketika kita tidak memakan atau meminumnya,secara spontan akan keluar kata-kata “Nanti Kapuhunan”. Maksudnya adalah, kalau tidak dimakan nanti bisa kenapa-napa, bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
  2. Kebiasaan yang lain adalah selalu meminta ijin apalagi ketika kita berada di tengah hutan, perkebunan dan tempat-tempat yang sepi. “Numpang-numpang datuk.” Jika tidak dilakukan, biasanya ada saja kejadian yang menimpa kita seperti kesurupan, ketindihan, sakit ini atau sakit itu yang penyebabnya bukan medis.
  3. Jika kita sedang makan di tempat-tempat tertentu yang dianggap angker, sebaiknya kita berbagi makanan biar sedikit.
  4. Dilarang membuang air panas saat malam hari.
Baca Juga :
Namun, semua anjuran atau kebiasaan tersebut meskipun sudah kita laksanakan ada saja mahluk halus yang masih mengganggu kita, mungkin jenis mahluk gaib yang nakal dan suka menggoda manusia.

Seperti yang dialami Brodin, saat kehujanan ketika berada dalam perjalanan antara Samarinda menuju Balikpapan. Mari kita ikuti kisahnya.

"Selamat Malam Datuk, cucu mau numpang berteduh di sini."

Sambil duduk di sebuah bangku kayu yang sudah reot, Brodin minta ijin sebagai tanda tata krama meskipun ia tahu rumah itu tidak berpenghuni.

Kebiasaan ini yang diterapkan Brodin saat mau menumpang berteduh di rumah ini.

Jarak rumah ini dari jalan raya kurang lebih 200m, rumah ini berada di tengah-tengah ladang yang sudah tidak terurus. Rumah panggung terbuat dari kayu yang sudah tidak terawat lagi, terlihat debu, daun-daun kering dan kotoran lainnya berserakan di lantai. Sementara papan lantainya sudah tidak lengkap lagi, banyak yang hilang dan lepas dari tempatnya.

Dalam perjalanannya dari Samarinda kembali ke Balikpapan, hujan turun dengan derasnya, sehingga Brodin harus mencari tempat untuk berteduh. Namun ia sedang melintas di km 40 dari Samarinda, daerah hutan yang sepi. Saat cahaya lampu sepeda motornya menyorot sebuah rumah kayu di tengah ladang, ia berhenti.
Sejenak ia bimbang, meneruskan perjalanan saat hujan sangat berbahaya sementara jika berteduh di tempat yang tidak dikenalnya, juga ada resikonya. Ia memilih berteduh di rumah itu.

Terbersit rasa takut jika rumah ini berhantu, namun jarak antara rumah ini dengan rumah yang lain sangat jauh sementara hujan semakin bertambah deras.

Sambil menunggu hujan reda, Brodin menyalakan rokoknya. Berbagai pikiran tentang rumah ini berkecamuk memenuhi benaknya. Sebagai seorang perantauan, ia mempunyai keinginan memiliki rumah sendiri, namun tabungannya belum cukup. Ketika melihat rumah yang ditelantarkan begini, ia sangat menyayangkan sekali.
Sudah habis berbatang-batang rokok menemani lamunannya namun hujan belum juga reda. Merasa lelah, Brodin mencoba menutup kedua matanya mencoba untuk tidur barang sejenak. Karena perjalanan yang harus ditempuhnya masih jauh.

Saat hampir terlelap, sayup-sayup terdengar alunan musik melayu. Brodin bangun, ditajamkan kedua telinganya untuk meyakinkan apa yang didengarnya. Benar, itu adalah suara biduan dangdut era 80’an yang dikenalnya, Evie Tamala.

Kisah Misteri : Diganggu Hantu Penyanyi Dandut


"Selamat malam duhai kekasih .. Sebutlah namaku menjelang tidurmu .." Lagu itu berkumandang di gendang telinganya.

Brodin mencoba mencari tahu darimana sumber suara itu berasal. Tiba-tiba harum aroma bunga melati  menusuk hidungnya. Sejenak ia terperanjat, nalurinya menyadari adanya sesuatu yang ganjil namun pikirannya seperti beku. Diedarkan pandangannya ke sekeliling rumah, alangkah terkejutnya ketika dalam sekejap saja ia mendapati rumah gubuk tempatnya berteduh sudah berubah menjadi sebuah rumah mewah dengan perabotan bagus.

Belum habis rasa terkejutnya tiba-tiba di sampingnya sudah berdiri sosok wanita cantik dengan rambut panjang terurai, kulitnya kuning langsat, mengenakan kebaya kuning yang membalut tubuhnya.

Wanita itu menepuk pundaknya dan mempersilahkan duduk.

"Silahkan duduk mas!" Suaranya terdengar lembut, namun tepukan tangan di pundak Brodin seolah beban berat yang menghimpit bahu.  Memaksa Brodin duduk. Brodin mencoba melawan, tapi pandangan mata wanita itu mempengaruhi jiwa Brodin. Seperti terhipnotis, Brodin menuruti perintah itu, duduk di sofa yang empuk. Wanita itu berjalan mengitarinya, bak seorang polisi mengawasi tahanannya. Kemudian duduk di samping Brodin. Langkahnya ringan, hampir tak terdengar suaranya.

"Siapa dan darimana kangmas ini? Kok malam-malam begini ada di gubuk saya?" Tanya wanita itu tegas dengan mimik wajah keras. Rupanya ia tidak suka jika ada orang memasuki rumahnya.

Brodin tidak segera menjawab, ingatannya masih jelas, saat ia datang, rumah ini kosong dan tidak berpenghuni, tapi tiba-tiba muncul wanita ini dengan suasana rumah yang jauh berbeda. Pikirannya  bingung, ia merasa bersalah telah memasuki rumah orang tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Terdengar wanita itu mengulang pertanyaannya.

Dengan tergagap, Brodin segera memperkenalkan diri lalu menjelaskan alasannya sehingga ia berada di rumah ini.

Wanita itu tersenyum lega mendengarkan penjelasannya. Sejurus kemudian pipinya merona merah, matanya bersinar, senyumnya mekar mengembang,  Entah apa yang ada di dalam hatinya. Wanita itu seperti gembira, seolah menemukan sesuatu yang sudah lama ditunggunya.

Brodin menangkap perubahan di wajah tuan rumah, perasaannya menjadi sedikit lebih tenang.

“Oh begitu, jadi sampean hanya mau berteduh saja. Saya kira sampean orang yang disuruh merebut dan menguasai rumah ini.”

“Sungguh, kebetulan saya melintas di jalan ini, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya sehingga memaksa harus berteduh. Kebetulan saya temukan rumah ini.” Jawan Brodin meyakinkan tuan rumah.

“Baiklah, saya percaya. Kebetulan, sudah lama saya tidak menerima tamu.”  Kata wanita itu berubah ramah.
"Kok sepi? Mana anggota keluarga yang lain?" Tanya Brodin, mencoba mencairkan suasana.
"Saya tinggal sendirian mas, saya ini seorang janda." Jawab wanita itu terus terang sambil menundukkan mukanya.
“Kok berani tinggal sendirian di sini?”
“Mau bagaimana lagi mas. Suami saya sudah meninggal, kurang lebih 5 tahun yang lalu dan kami belum dikasih momongan.”
“Tidak mencari pengganti Mbak?” Tanya Brodin menggoda.
“Belum ada yang cocok mas.” Jawab wanita itu sambil menatap Brodin. Keduanya berpandangan, jantung Brodin berdesir aneh, darahnya mengalir cepat.

Rasa was-was dan takutnya hilang, Brodin merasa nyaman. Mendapatkan tempat berteduh dan mendapatkan teman bicara untuk mengusir sepi.

"Mau minum apa mas?"
"Tidak usah repot-repot mbak, nanti kalau hujannya reda saya mau pergi."
"Jangan buru-buru, tunggu sebentar, saya bikinkan kopi dulu." Kata wanita itu sambil bergegas ke belakang.

Tidak begitu lama, wanita itu kembali dengan membawa secangkir kopi panas ditangannya. Namun ada yang berbeda dengan penampilannya. Sekarang ia hanya mengenakan baju daster yang tipis. Setelah meletakkan kopi di meja, wanita itu duduk berhadapan dengan Brodin.

"Silahkan diminum kopinya!"

Jantung Brodin berdegup kencang, nafasnya memburu ketika menatap wanita di hadapannya. Baju daster yang dikenakan wanita itu terlalu tipis sehingga terlihat jelas setiap lekuk di tubuhnya. Brodin memalingkan wajahnya lalu dengan badan gemetar ia mengambil dan meneguk kopi itu.  Rasanya aneh, namun ia mengacuhkannya.

"Bagaimana rasa kopinya?" Tanya wanita itu.
"Pas manisnya." Jawab Brodin sekenanya.

Mereka kemudian berbincang tentang berbagai hal, suasana menjadi cair. Hari semakin malam, namun hujan belum juga reda.

Wanita itu menggeser tempat duduknya mendekati Brodin. Merasa akrab, wanita itu menjadi lebih berani, gerak-geriknya menjadi nakal dan menggoda.

Hampir 5 tahun lamanya, sejak berpisah dengan istrinya, Brodin belum pernah menyentuh seorang wanita pun. Mendapat perlakuan seperti ini, membuatnya menjadi salah tingkah dan seolah kehilangan akal sehatnya. Dicobanya untuk menahan diri, mengingat wanita ini baru saja dikenalnya.

Tapi Brodin seolah tak kuasa menahan dorongan dari dalam dirinya, udara dingin dan sepi serta belaian wanita itu memicu ledakan hasratnya, seperti air bah hasrat itu meluap dan membobol dinding tanggul pertahanannya. Sementara wanita itu seolah lautan yang sanggup menerima dan menampung segala air dari sungai dan langit, wanita itu menampung luapan gairah Brodin.

Akhirnya mereka berdua tenggelam dalam gelora asmara. Bak musafir yang menemukan sumber mata air, mereka mereguknya sampai puas. Saat hasrat sudah terlampiaskan, keduanya jatuh terkapar kelelahan. Brodin langsung tertidur dengan pulasnya.

Suara kicau burung dan deru kendaraan yang melintas di jalanan membangunkan Brodin dari mimpi indahnya. Brodin terbangun dengan pakaian kotor dan badan pegal semua. Alangkah terkejutnya ketika menyadari dirinya tidur di atas sebuah makam, rumah mewah dan rumah tua yang semalam menjadi tempatnya berteduh, lenyap seolah ditelan bumi, hanya ada gundukan tanah makam yang becek habis disiram air hujan.  

Aissh .. rupanya semalam saya bertemu dengan penghuni makam ini.” Batin Brodin.

Brodin mengikuti dorongan nalurinya, ia bersihkan makam itu. Batu nisan yang hampir lepas dari tanah, ia betulkan dan diletakkan pada posisinya kemudian mendoakan penghuni makam itu. Batu nisan di atas makam itu bertuliskan nama "Evie Tamalaka bin Tatang, Lahir 1975, Wafat 2000"

"Pantas, rupanya dia adalah seorang penggemar penyanyi dangdut, Evie Tamala," batin Brodin sambil bergegas pergi meninggalkan makam itu dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.

Saya sudah minta ijin, tapi masih diganggu juga. Mungkin penunggu tempat ini yang lanji atau saya yang gampangan." Batin Brodin.

Demikian cerita Brodin, Kisah Misteri : Diganggu Hantu Penyanyi Dandut.

Baca Juga :
•    Tejo dan Siluman Babi
•    Pembalasan Biawak Buntung

Tidak ada komentar