Misteri Ratu Ken Dedes dan Payudara Terbuka

Ken Dedes dan Payudara Terbuka - Dalam memandang patung raksasa dengan payudara terbuka yang menjadi ikon Taman Kota Ken Dedes, Malang, sebaiknya kita membaca makna tersirat dari kondisi tersebut. Sehingga tidak timbul prasangka buruk akan sosok Ken Dedes yang menjadi ibu para raja di Jawa dan leluhur warga Malang ini.

ken dedes,makam ken dedes,gambar ken dedes,sejarah ken dedes,ken arok ken dedes,lukisan ken dedes,kematian ken dedes,asal usul ken dedes,keistimewaan ken dedes,gambar ken arok dan ken dedes,ken arok,ken dede sex,dedes,ken,jokowi ken arok,patung ken arok,tak disangka inilah sejarah silsilah ken dedes dan asal usulnya,kendedes,sejarah ken arok,semangat ken arok,newkendedes,new kendedes

Taman Ken Dedes, Balearjosari, Malang, Jawa Timur

Ken Dedes hidup pada abad ke 11 M dan referensi tentang sosok ibu para raja Jawa ini sangat terbatas sehingga apa yang kita lihat pada film-film tentang Ken Arok dan Ken Dedes, tidaklah seperti itu. Film-film pada masa itu memang menjadikan eksploitasi paha dan dada sebagai satu komoditas agar filmnya laku di pasaran.

Ada yang berpendapat apabila kehidupan masyarakat di Bali merupakan cerminan kehidupan pada masa Singosari dan Majapahit. Dimana pada umumnya, para wanitanya mengenakan pakaian sederhana sehingga terlihat belahan payudaranya. Dan, hal ini lazim serta tidak tabu.

Lukisan Ratu Ken Dedes di Dalem Ratu Singosari

Namun, Ken Dedes adalah putri Mpu Purwa, seorang pendeta Budha yang disegani. Selain itu, bunga desa Polowijen ini merupakan wanita istimewa dengan aura yang memancar dari kemaluannya serta ditakdirkan sebagai wanita yang menurunkan raja-raja di pulau Jawa.

Sehingga, perilaku, kebiasaan dan cara berbusana tentunya berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Kisah mistis berikut ini menjadi salah satu bukti apabila Ratu Singhasari ini sangat menjaga auratnya.

Buah dada bengkak dan berwarna merah

Kisah berikut ini terjadi pada seorang wanita, sebut saja namanya Mawar, warga desa Polowijen yang baru saja melahirkan anaknya. Pada era 80 an, masyarakat desa Polowijen masih menggunakan sungai atau “kali” sebagai tempat mandi dan keperluan lainnya. Selain Kali Mewek, terdapat sungai kecil yang tidak jauh dari situs Ken Dedes.

Nah, di sungai kecil inilah, Mawar mandi. Karena merasa sudah punya anak dan sudah tidak gadis lagi, maka saat mandi, ia membiarkan tubuh dan payudaranya terbuka . Jika saja saat itu, ada lelaki yang melintas maka akan bilang “wow” dan menelan ludah.

Saat Mawar mandi, memang tidak terjadi hal-hal yang aneh. Namun, sepulang dari sungai, buah dadanya menjadi bengkak dan membesar serta berwarna merah seperti buah tomat masak. Karena merasa sakit dan ketakutan, maka suaminya membawanya ke dokter terdekat. Tetapi, dokter tidak dapat mengobati penyakit yang sedang diderita oleh Mawar.

Akhirnya, Mawar dibawa ke rumah Mbok Yati, seorang wanita yang pernah ditemui Ratu Ken Dedes dan merupakan tetangganya sendiri.

Baca tentang Mbok Yati : Singkong Rebus dan Sambal Trasi. Pengalaman Mistis Mbok Yati di Situs Ken Dedes.

Mbok Yati merasa kebingungan saat melihat penyakit Mawar. Setelah berdoa memohon pertolongan Tuhan, Mbok Yati memanggil nama Ratu Ken Dedes lalu diam. Tiba-tiba, Mbok Yati seperti orang kesurupan lalu mengambil daun Beluntas yang ada di halaman rumahnya, meremas-remasnya kemudian diborehkan ke payudara Mawar.

Saat memborehkan daun beluntas ini, Mbok Yati ngomel dan memarahi Mawar. “Makanya, punya payudara jangan diumbar !” Mawar hanya menunduk pasrah menyadari kesalahannya.

Selang satu hari kemudian, buah dada Mawar sembuh dan kembali seperti semula.

Itulah pengalaman warga desa Polowijen yang menunjukkan jika Ken Dedes bukanlah orang yang suka mengumbar payudaranya seperti terlihat pada patung raksasa di Taman Ken Dedes, Malang.

Baca juga : Mengenang Tragedi Cinta Segitiga Ratu Singosari di Situs Ken Dedes