Apakah Benar 'Turu Longan Bantalan Merang' Dapat Membuat Orang Sakti?

Apakah benar  'Turu Longan Bantalan Merang' Dapat Membuat Orang Sakti? - Pada suatu ketika saat saya berkunjung ke RM. Sri Dewi, kota Batu, dan saya bertemu lalu terlibat perbincangan menarik dengan seorang pelaku spiritual dari Bumiaji, Batu, yang bernama Mbah Hari (60).

Suasana RM. Sri Dewi yang tenang, nyaman dan jauh dari kebisingan membuat banyak orang yang datang untuk menikmati suasana damai tersebut. Termasuk para pelaku spiritual, salah satunya Mbah Hari, yang hampir setiap sore berada di sana.

Berawal dari perbincangan ngalor-ngidul tersebut ada satu ucapan Mbah Hari  yang membekas dalam ingatan saya yaitu kalimat "kalau mau sakti, sampean harus turu ndek longan bantalan merang".

Apakah Benar  'Turu Longan Bantalan Merang' Dapat Membuat Orang Sakti?

Umumnya orang-orang Jawa yang selalu menggunakan perumpamaan atau 'sanepo' maka saya berusaha mencari makna dibalik kalimat "turu ndek longan bantalan merang" yang mitosnya dapat membuat seseorang menjadi sakti mandraguna tersebut.

Karena keterbatasan informasi yang disediakan oleh Mbah Google tentang makna "turu ndek longan bantalan merang", maka saya mengkaji lebih dalam lagi dengan para pinisepuh yang lebih memahami hal ini. Dan kali ini, saya mencoba untuk menyajikannya kembali kepada anda guna menambah wawasan kita.

Ternyata, pada jaman orang-orang tua atau kakek nenek kita dulu, yang suka belajar atau sedang mendalami ilmu spiritual atau ilmu klenik maka kalimat 'turu longan bantalan merang' adalah kalimat yang sering didengar dan sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa begitu?

Karena kalimat tersebut menjadi dasar perilaku bagi mereka yang bergelut dengan ilmu spiritual atau ilmu klenik. Disebut ilmu klenik karena penyampaiannya dengan cara berbisik-bisik atau dengan suara pelan dalam bahasa jawanya  'klenak-klenik'. Sehingga lama kelamaan orang menyebutnya sebagai 'ilmu klenik'.

Makna 'turu longan bantalan merang'

Sedangkan makna sesungguhnya dari kalimat "turu longan bantalan merang" bukan tidur di kolong ranjang (turu longan) dan menggunakan bantal 'merang' (bantalan merang). Melainkan makna simbolis yaitu 'longan' menjadi 'long-longana lek mangan' artinya mengurangi makan dan 'merang' menjadi 'merem e arang-arang' artinya jarang tidur atau mengurangi tidur.

Apakah benar  'turu longan bantalan merang' membuat orang sakti?
Merang Padi
Jadi arti dari 'turu longan bantalan merang' adalah mengurangi makan dan tidur atau 'cegah dahar lan nendra'. Sehingga perumpamaan 'turu longan bantalan merang' memang tepat jika menjadi dasar perilaku bagi orang yang menjalani ilmu spiritual.

Apakah 'turu longan bantalan merang' bisa membuat orang sakti?

Apabila melihat dari makna sesungguhnya dari kalimat 'turu longan bantalan merang' adalah mengurangi makan dan tidur maka memang benar akan membuat orang menjadi sakti. Sakti dalam pengertian memiliki kelebihan dibandingkan manusia pada umumnya.

Mengapa?

Karena dengan mengurangi makan dan tidur lalu dilakukan secara terus menerus maka orang tersebut sudah dapat mengendalikan hawa nafsu di dalam dirinya sehingga batinnya menjadi bersih.

Bagaiman tidak, disaat orang lain makan 3x sehari, ia hanya makan jika merasa lapar saja, mungkin hanya sekali sehari. Dan saat malam hari, ketika orang lain lelap dalam tidurnya, ia terjaga dan berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dengan memiliki batin yang bersih, seseorang akan merasa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga setiap ucapan dan doanya akan dikabulkan.

Orang-orang menyebutnya 'sakti'. Karena pada hakikatnya tidak ada manusia yang sakti, yang maha sakti hanyalah Tuhan Yang Maha Esa sedangkan manusia hanya menerima titipan setitik saja dari kesaktianNya. Dengan mengurangi makan dan tidur seseorang yang memiliki hajat atau cita-cita akan dapat memperkuat permintaan atau permohonannya kepada Tuhan sehingga terkabul apa yang diinginkannya.

Budaya mengurang-ngurangi ini sudah lama dilakukan oleh orang-orang tua kita sejak jaman dahulu namun di jaman sekarang ini, orang khususnya generasi muda sudah jarang melakukannya.  Jangankan melakukannya, mengerti maknanya saja tidak.

Maka agar nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang ditelan kemajuan jaman, mari kita lestarikan warisan budaya yang adiluhung ini dengan cara yang lebih terbuka. Tidak lagi 'klenak-klenik'.

Sehingga  kalimat "turu longan bantalan merang", suatu ajakan agar berperilaku prihatin dalam kehidupan sehari-hari dapat kita wariskan kepada anak cucu kelak.

Demikian sekelumit ulasan tentang "Apakah benar  'turu longan bantalan merang' membuat orang sakti?"

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar