Misteri Gunung Kelud dan Keangkerannya

Gunung Kelud adalah gunung yang penuh misteri dan terkenal dengan keangkerannya karena gunung Kelud adalah gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, gunung Kelud sudah meletus sebanyak 30 kali yang membawa banyak korban jiwa serta kerugian materiil yang besar.

Misteri Gunung Kelud dan Keangkerannya
Gunung Kelud
Baca Juga : Perjalanan Mendaki Gunung Kelud Bersama Agus Priono dkk

Gunung Kelud adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Timur. Gunung berapi yang masih masih aktif ini berada di perbatasan kabupaten Kediri, Blitar dan Malang. Kira-kira 72 Kilometer sebelah timur pusat kota Kediri.

Gunung Kelud berasal dari kata Kelud atau kelut yang dalam bahasa Jawa artinya ‘sapu’. Orang belanda menyebutnya Klut, Cloot, Kloet atau Kloete.

Menurut kebiasaan orang Jawa  yang suka menghubung-hubungkan dan mencocokkan suatu nama dengan peristiwa yang terjadi (otak-atik-matuk atau Jarwodhosok), Kelud berasal dari kata ‘Ke’ yang artinya ‘kebak’ atau penuh dan ‘lud’ yang artinya ‘ludiro’ atau darah.

Hal ini cukup beralasan jika dihubungkan dengan peristiwa misteri yang menimpa Mahesa Suro dan Lembu Suro yang terkubur di dasar sumur, ditimbun dengan bebatuan oleh prajurit Daha yang mengakibatkan dasar gunung Kelud penuh dengan darah mereka (kebak ludiro). Dan lagi, ketika gunung Kelud murka maka laharnya akan memakan banyak korban, banyak darah dan harta benda penduduk sekitarnya.

Tentang besarnya korban jiwa dan besarnya kerugian materiil dapat kita lihat dalam catatan sejarah letusan gunung Kelud.

Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.

Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951 (31 Agustus), 1966 (26 April), dan 1990 (10 Februari-13 Maret). Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada tahun 2007 dan 13-14 Februari 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung. Hampir semua erupsi yang tercatat ini berlangsung singkat (2 hari atau kurang) dan bertipe eksplosif (VEI maks. 4), kecuali letusan 1990 dan 2007. (Wikipedia)

Menurut cerita yang menjadi legenda masyarakat, setiap terjadi letusan Gunung Kelud selalu dihubungkan dengan amarah atau kemurkaan Mahesa Suro dan Lembu Suro yang menjadi korban dari rekayasa penolakan cinta Dewi Kilisuci.

Legenda Maheso Suro dan Lembu Sora

Pada jaman dahulu, dua orang pangeran dari negeri Antah Berantah, disebut demikian karena memang asal-usulnya tidak diketahui yaitu Maheso Suro dan Lembu Sora, mengikuti sayembara yang diadakan di kerajaan Jenggala. Pemenang sayembara akan menjadi suami Dewi Kili Suci anak dari Jenggolo Manik, raja Jenggala yang cantik jelita.

Dalam sayembara itu, tidak disebutkan jika pengikut sayembara hanyalah manusia saja sehingga Maheso Suro dan Lembu Suro, yang berasal dari kelompok Siluman, mengikuti sayembara itu. Dan akhirnya keluar sebagai pemenangnya.

Namun Dewi Kili Suci merasa kecewa ketika melihat yang akan menjadi suaminya adalah manusia berkepala lembu yaitu Lembu Suro dan satunya lagi manusia berkepala Kerbau yaitu Mahesa Suro.

Dewi Kilisuci mencari cara agar tidak jadi menikah dengan mereka, lalu memberikan syarat yang sulit dipenuhi, yaitu kedua mahluk itu harus membuat dua buah sumur diatas puncak Gunung Kelud dimana sumur yang satu harus berbau wangi sementara sumur yang lain harus berbau amis dan syarat ini harus direalisasikan hanya dalam satu malam saja.

Merasa yakin dengan kesaktiannya, Lembu Suro dan Mahesa Suro, menyanggupi syarat yang diajukan oleh Dewi Kili Suci. Dalam waktu satu malam kedua sumur di puncak gunung Kelud sudah jadi.

Dewi Kili Suci sangat terkejut ketika mengetahui syarat yang diajukannya berhasil dilaksanakan sehingga ia membuat rencana licik untuk menyingkirkan kedua mahluk itu.

Dewi Kilisuci mengajukan satu syarat lagi yaitu dua orang pangeran tersebut harus membuktikan bahwa kedua sumur tersebut memang benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus masuk ke dalam sumur yang telah mereka buat.

Karena tidak merasa curiga, dua orang pangeran tersebut menyetujui syarat itu. Lalu mereka berdua masuk ke dalam sumur yang sangat dalam.

Begitu mereka sudah sampai di dasar sumur, Dewi Kilisuci memerintahkan pasukan Jenggala untuk segera menimbun keduanya dengan bebatuan yang mengakibatkan kematian Lembu Suro dan Mahesa Suro.

Namun, sebelum kematiannya Lembu Suro bersumpah disertai kutukan :
Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi kedung.”

Yang artinya, “Ya, wahai orang-orang Kediri, nanti kamu akan menerima pembalasanku berkali-kali,  Kediri akan menjadi sungai, Tulungagung akan menjadi danau, dan Blitar akan menjadi daratan.”

Dan ada satu lagi kutukan Lembu Suro dan Maheso Suro yaitu “gadis-gadis di Kediri akan menjadi perawan tua.”

Kedua kutukan tersebut akhirnya menjadi kenyataan.

Setiap kali gunung Kelud murka maka dengan lahar dan abunya akan menjadikan ketiga daerah tersebut sesuai dengan kutukan itu. Kediri menjadi sungai, Tulungagung menjadi danau dan Blitar menjadi latar atau daratan.

Kutukan kedua membuat gadis-gadis Kediri menjadi perawan tua juga terwujud. Banyak perawan tua ada di Kediri, mereka akan mendapatkan jodohnya jika keluar dari wilayah Kediri.

Dewi Kili Suci menyesali perbuatannya sehingga ia memutuskan untuk tidak menikah lalu bertapa guna menebus dosa dan mendoakan keselamatan rakyat Kediri. Masyarakat di lereng Gunung Kelud secara rutin pada bulan Suro mengadakan upacara tolak bala berupa Larung Sesaji.

Kisah ini mirip dengan kisah Bandung Bondowoso atau Asal-usul Candi Prambanan. Bedanya, Bandung Bondowoso langsung menghukum putri yang mencuranginya yaitu Rara Jonggrang dengan menjadikannya patung yang ke 1000. Sedangkan Maheso Suro dan Lembu Suro menghukum rakyat yang tidak berdosa.

Disamping legenda Maheso Suro dan Lembu Suro, gunung Kelud masih menyimpan banyak misteri lainnya.

Makam Bung Karno dan Candi Penataran

Saat gunung Kelud meletus pada tahun 1990, penulis menjadi salah seorang relawan di kota Blitar. Pada kesempatan itu saya menyempatkan diri mengunjungi makam Bung Karno dan Candi Penataran. Di tempat itu, saya menyaksikan suatu pemandangan yang cukup misterius.

Saat hujan abu volkanik gunung Kelud turun yang menyebabkan abu tersebut menumpuk di atap-atap rumah penduduk dan di jalanan. Ketinggian abu yang menumpuk bisa mencapai satu meter.

Namun di kedua tempat tersebut seperti tidak tersentuh oleh hujan abu. Tidak ada abu yang menumpuk di atap atau di jalanan di dalam area kedua tempat tersebut bukan karena sudah dibersihkan oleh petugas kebersihan akan tetapi seperti ada kekuatan gaib yang melindungi kedua tempat tersebut.

Jalan Misteri

Saat anda menuju gerbang wisata gunung Kelud ada jalan misterius yang bisa membuat kendaraan anda berjalan sendiri meski mesin dimatikan. Beberapa ahli mengungkapkan jika disana ada daya magnet yang kuat, namun banyak warga yang menganggap hal tersebut adalah fenomena mistis.  Hingga sampai saat ini belum ada yang bisa menjelaskan secara pasti kenapa mobil bisa berjalan sendiri.

Letusan Gunung Kelud dan Perubahan Politik di Indonesia

Banyak raja-raja jaman dulu yang lahir berbarengan dengan terjadinya letusan gunung kelud, yang paling terkenal adalah lahirnya raja Majapahit Hayam yaitu Wuruk pada tahun 1334. Hayam wuruk lahir betsamaan dengan meletusnya gunung Kelud dan gempa bumi.

Demikian juga dengan sumpah Amukti Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada.

Bung Karno atau Ir Sukarno yang merupakan presiden pertama di Indonesia juga terlahir dua pekan setelah gunung Kelud meletus. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa letusan gunung Kelud merupakan pertanda akan adanya perubahan politik di Indonesia.

Demikian sekelumit kisah tentang misteri dibalik keangkeran gunung Kelud.

2 komentar:

  1. ./sangat takjub,dg kisah mytos sejarah ,namun menjadi kenyata'an... Semoga Gn. Kelud, tak suka marah lagi..adem,.ayem lan Rahayu.

    BalasHapus