Misteri Gunung Bromo dan Suku Tengger

Misteri Gunung Bromo dan Suku Tengger - Gunung Bromo adalah tempat wisata di Indonesia yang terkenal akan keindahan dan keunikan budaya suku Tengger. Namun dibalik keindahannya dan keunikannya, Gunung Bromo dan suku Tengger menyimpan banyak misteri yang akan menambah rasa ketertarikan kita untuk mengunjunginya.

Misteri Gunung Bromo dan Suku Tengger

Baca Juga :



Gunung Bromo berada di wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, tepatnya di taman nasional Bromo Tengger Sumeru. Di tempat wisata ini, anda akan dapat menikmati keindahan matahari terbit yang sangat menawan, berkuda di lautan pasir, menikmati makanan ditengah dinginnya hawa pegunungan, keindahan air terjun Madakaripura dan berbagai pesona keindahan lainnya.

Gunung Bromo menjadi tempat tinggal rakyat Majapahit yang masih memeluk agama Hindu. Padat jaman runtuhnya kerajaan majapahit dan berdirinya kerajaan Demak, rakyat Majapahit yang masih beragama Hindu, secara berkelompok menyingkir dan mencari tempat tinggal yang baru. Kelompok itu berpisah,  kelompok pertama menuju ke gunung Bromo dan kelompok kedua menuju Bali. Kedua tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan yaitu sama – sama menganut agama Hindu.

Disamping keindahannya, gunung Bromo memiliki banyak misteri seperti legenda gunung Bromo dan suku Tengger,  misteri air terjun Madakaripura yang menjadi tempat pertapaan patih Gajah Mada, Kisah si Kuru dan si Lemu dan berbagai misteri lainnya.
Kali ini mari kita simak legenda Gunung Bromo dan asal-usul suku Tengger.

Legenda Gunung Bromo dan Asal-usul Suku Tengger.

Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra dengan fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, karenanya bayi tersebut diberi nama ” JOKO SEGER “.

Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik, elok danmenawan. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu.
Ketika dilahirkan, anak itu tidak seperti layaknya bayi lahir. Biasanya ketika bayi terlahir dari kandungan ibunya pasti menangis namun anak perempuan itu tidak menangis, hanya diam. Bayi itu begitu tenang atau ‘anteng’, sehingga oleh orang tuanya, bayi itu diberi nama Rara Anteng yang artinya gadis yang tenang.

Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Kecantikan Rara Anteng menjadi buah bibir di kalangan para pemuda hingga menyebar sampai ke berbagai penjuru, sehingga banyak pemuda bahkan putera raja yang melamarnya. Namun semua lamaran dan pinangan itu ditolaknya, karena hati Rara Anteng sudah terpikat oleh kesederhanaan dan ketampanan Joko Seger.

Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang perampok yang terkenal memiliki kesaktian dan kekuatan yang besar serta terkenal sangat jahat. Rara Anteng adalah seorang gadis lemah lembut dan  halus perasaannya sehingga ia tidak berani menolak terang-terangan pinangan perampok itu.

Sehingga ia menolak secara halus pinangan itu dengan meminta syarat yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa.

Rara Anteng minta supaya dibuatkan lautan pasir di tengah-tengah gunung Bromo dalam waktu satu malam sebagai maskawinnya. Dengan permintaan yang aneh tersebut, ia menganggap perampok sakti itu tidak akan dapat memenuhinya. Namun tidak disangka, Perampok Sakti tersebut menyanggupi permintaannya.

Permintaan Rara Anteng ini mirip seperti apa yang diminta oleh Rara Jonggrang dalam kisah Candi Prambanan dan Danyang Sumbi dalam kisah gunung Tangkuban Perahu.

Setelah matahari terbenam, sang perampok sakti mulai mengerjakan permintaan Rara Anteng yaitu membuat lautan hanya dengan sebuah tempurung kelapa (batok kelapa). Sungguh luar biasa, dengan batok kelapa, perlahan lautan pasir yang diminta Rara Anteng terbentuk dan menjelang tengah malam, pekerjaan itu hampir selesai.

Melihat kenyataan ini, hati Rara Anteng menjadi gelisah. Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak mau hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia mencari cara agar dapat menggagalkan pekerjaan Perampok Sakti itu.

Rara Anteng lalu mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur sehingga ayam-ayam itu berkokok. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, meskipun penduduk belum memulai kegiatan pada pagi hari.

Perampok Sakti itu terkejut ketika mendengar suara ayam-ayam berkokok yang menandakan bahwa pagi sudah menjelang. Meskipun benang putih disebelah timur yang menandakan kedatangan sang fajar belum nampak tapi suara kokok ayam begitu jelas terdengar. Berarti fajar datang sebelum waktunya.

Perampok Sakti merasa dirinya gagal. Sebagai ungkapan rasa marah dan kekecewaanya, ia melemparkan tempurung kelapa (batok kelapa) yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu sehingga jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo. Tempurung kelapa itu berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok.

Misteri Gunung Bromo dan Suku Tengger

Dengan kegagalan Perampok Sakti  itu membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, maka gagal pula pinangannya kepada Rara Anteng.

Rara Anteng merasa gembira. Dengan demikian, ia dapat melanjutkan hubungan cinta dengan kekasihnya, Joko Seger. Akhirnya, Rara Anteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai.

Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”.

Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumah-tangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian mereka berdua memutuskan naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi memohon kepada Hyang Widi Wasa agar di karuniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa keinginan mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya.

Kemudian Rara Anteng dan Joko Seger dikaruniai 25 orang putra-putri. Setelah anak-anaknya tumbuh besar Rara Anteng dan Joko Seger ingat akan janjinya untuk mengorbankan anak bungsunya ke kawah gunung Bromo, namun pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger mengingkari janjinya, Mereka tidak mau mengorbankan anak bungsunya.

Dewa menjadi marah, langit menjadi gelap gulita dan Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma, anak bungsu Rara Anteng hilang terjilat lidah api dan dibawa  masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kusuma terdengarlah suara gaib:
”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian di persambahkan kepada Hyang Widi Wasa di kawah Gunung Bromo.

Rara Anteng dan Joko Seger merasa terpukul dengan kejadian ini, mereka ingkar terhadap janjinya sendiri dan untungnya hanya seorang anak saja yang hilang, jika semua anaknya diambil, alangkah sedih hatinya. Maka Rara Anteng dan Joko Seger memenuhi pesan terakhir anaknya,  sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Demikian ulasan spot-misteri tentang kisah misteri dibalik keindahan Gunung Bromo dan suku Tengger, semoga cerita ini menjadi pelajaran bagi kita dan anak cucu kita untuk selalu menepati janji yang sudah kita ikrarkan.

Artikel Lainnya :



Tidak ada komentar