Mahluk Gaib Penunggu Pohon Rambutan
Mahluk Gaib Penunggu Pohon Rambutan – Pada era 80-an, di Jakarta, Tangerang dan Banten masih banyak penduduk memiliki kebun yang luas, ditanami rambutan, durian, nangka, sukun dan buah lainnya. Pada masa itu sudah lazim jika pemilik kebun, mempunyai penjaga kebun berupa mahluk gaib yang disebut Mahluk Pohon, untuk menjaga kebunnya dari gangguan pencuri buah.
Beberapa tahun kemudian, kebun-kebun itu sudah banyak yang beralih fungsi menjadi bangunan, mall, gedung perkantoran dan lain-lain karena sudah dijual oleh pemiliknya.
Terus bagaimana dengan mahluk gaib yang menjadi penjaga pohon di kebun-kebun itu? Apakah mereka di PHK lalu dikembalikan ke tempat asalnya lagi atau mereka ditelantarkan sehingga mereka mencari pekerjaan dan tempat lain?
Itu yang masih menjadi misteri.
Namun pada tahun 1993, mahluk-mahluk gaib penunggu pohon tersebut ternyata masih ada dan berpindah tempat ke daerah yang masih banyak kebun atau pohon buahnya.
Kisah ini menceritakan pengalaman seorang pemuda perantauan dari desa yang tinggal di salah satu rumah petak di daerah Mampang Prapatan, Jakarta, yang bertemu dengan salah satu mahluk penunggu pohon rambutan.
Baca Juga : Mahluk Gaib Penunggu Rumah
Begini kisahnya.
Pemuda ini termasuk seorang pemuda berandalan, meskipun bekerja di sebuah perusahaan property namun kebiasaan di kampungnya masih ia lakukan seperti mabuk-mabukan dan berkelahi. Sebut saja namanya Brodin.
Sudah habis minumannya, belum juga merasa mabuk, masih setengah mabuk, malah membuatnya jadi gelisah. Waktu sudah menunjukkan jam dua malam. Karena belum merasa mengantuk, Brodin keluar mencari udara segar lalu duduk di lantai serambi rumah, di depan pohon rambutan.
Pohon rambutan di depan rumah kontrakannya sudah berumur puluhan tahun, batangnya besar dan kokoh, dahannya rindang, daunnya lebat dan buahnya banyak meskipun belum matang. Di samping rumah terdapat kolam kecil tidak terawat, dulunya bekas empang yang di uruk.
Suasana malam itu terasa sangat sunyi sekali, suara bising kendaraan di jalan raya serasa tak terdengar, yang terdengar hanya suara jangkrik dan suara katak bersaut-sautan.
"Tumben malam minggu begini sepi, padahal biasanya jam segini masih rame." Batin Brodin.
Tiba-tiba, "klethak ..", satu buah rambutan mengenai kepala Brodin. "Aduh .." Teriak Brodin.
"Kurang ajar siapa berani melempar gue, belum tahu dia." Batin Brodin sambil matanya jelalatan kesana-kemari mencari siapa yang melemparnya, namun tidak ada satu orang pun yang terlihat. Ia berlari ke gang sebelah, sepi, ke sebelah lagi, sama juga. Capek mencari, ia pun kembali duduk terpekur sambil ngoceh gak karuan.
"Awas kalau ketemu, gue kepret lu .." Kata Brodin meniru Bang Benyamin.
Merasa pusing karena pengaruh minuman dan rasa kantuk yang mulai membebani kepalanya, Brodin akhirnya berbaring di lantai. Lama kelamaan ia tertidur, namun saat hampir lelap tidurnya, tiba-tiba ia terbangun ketika merasa mukanya basah oleh sesuatu yang lengket dan cair, dirabanya lantai tempat dia berbaring, juga basah.
Diciumnya air itu, pesing sekali baunya, "air kencing.." Matanya nanar, darahnya bergejolak. Diedarkan pandangannya berkeliling mencari biang keladinya, tidak ada orang, lalu dia mendongak ke atas, dilihatnya ada seseorang sedang buang air kecil di atas pohon, "Kurang ajar, gak punya adab, ayo turun sini, gue hajar lu.." Teriak Brodin geram.
Dicarinya batu lalu dilemparnya orang itu, kena. Tapi orang itu tidak bergeming sama sekali, tiba-tiba serumpun buah rambutan melayang tepat mengenai muka brodin.
"Aduh, pejajaran banget ni orang." Brodin bertambah marah, tanpa berpikir panjang dipanjatnya pohon rambutan untuk mengejar orang itu, namun orang itu menghindar sambil naik ke dahan yang paling tinggi. Brodin terus naik mengejar sambil berusaha menggapai kaki orang itu, kena.
Brodin tertegun, ada sesuatu yang ganjil, yang dipegangnya bukan kaki orang pada umumnya namun kaki yang besar dan berbulu. Di amatinya dengan seksama, perlahan-lahan sambil menajamkan penglihatannya diperhatikan kaki itu, kaki yang panjang dengan bulu menjuntai melintang di atas dahan. Belum sempat menyadari mahluk apa yang sedang dipegangnya, mendadak orang itu menunduk dan mendekatkan mukanya ke muka Brodin.
Muka yang hitam tertutup bulu dengan mata merah menyala dan mulut menyeringai memperlihatkan gigi tajam berkilat. Brodin terkejut bukan kepalang melihat muka itu, seketika pegangannya lepas dan hilang keseimbangannya, ia terjatuh. "Gedubrak .." Brodin jatuh tak sadarkan diri.
Keesokan harinya ketika dia sadar, didapati dirinya sudah berada di dalam kamarnya sedang dirubung oleh teman-temannya, susah payah dia berusaha bangun untuk duduk tapi tidak bisa, dengan enggan dia rebah kembali ke tempat tidur, badannya terasa sakit semua. Tulang-tulangnya bagaikan lepas dari sendinya.
"Kamu kenapa malam-malam manjat pohon, aneh-aneh saja." Kata Dani teman satu rumahnya.
"Kalau sudah mabuk, lebih baik tidur, ini malah manjat pohon, begini hasilnya." Sahut Dion temannya yang lain.
"Saya lagi mengejar orang yang menjahili saya, orangnya ada di atas pohon, tapi setelah ketangkap orangnya sangat seram sekali, saya terkejut dan jatuh." Jawab Brodin.
"Oh .. Jangan-jangan kamu ketemu penunggu pohon rambutan itu." Kata Dani.
"Mungkin .." Jawab Brodin.
"Kalau begitu kamu istirahat saja di sini, saya pamit, mau narik dulu." Kata Dani, di amini oleh teman-temannya yang lain.
Pembalasan
Sudah lama Brodin mendengar cerita tentang mahluk penjaga pohon dari obrolan orang di warteg, warung kopi dan tempat tongkrongan lainnya. Sekarang dia sudah melihat sendiri mahluk itu, dan dia merasa malu dan terhina telah diperlakukan seperti itu.
"Aku harus bisa membalasnya, tapi bagaimana caranya?" Batin Brodin gemas. Di lingkungannya, Brodin dikenal sebagai pemuda pemberani dan disegani sehingga peristiwa ini membuatnya malu dan terhina.
Sambil berbaring ia melamun merenungi peristiwa yang menimpanya. Lamunannya membawanya kembali ke masa lalu saat dia masih berada di kampung halamannya. Dia berusaha mengingat kisah-kisah atau orang-orang yang memiliki kemampuan supra natural dan sering berhubungan dengan dunia gaib, dan ingatannya tertuju pada Mbah Sumo, nama lengkapnya adalah Sumodiharjo, kakeknya sendiri.
Konon kata orang, Mbah Sumo memiliki seorang istri dari golongan mahluk gaib berjenis Genderuwo dan sempat memiliki seorang anak. Namun anaknya itu ikut ibunya di alam gaib dan muncul di rumah Mbah Sumo pada hari tertentu saja seperti hari Jumat Kliwon, itu pun hanya numpang lewat.
"Jangan-jangan saya ini mempunyai darah keturunan Genderuwo juga, hii ..." Batin Brodin bergidik membayangkan.
"Tapi kalo memang benar, kenapa saya masih juga diganggu, harusnya sesama Genderuwo dilarang saling mengganggu." Batin Brodin menghibur diri.
Dia teringat kebiasaan kakeknya yang sering berpuasa apalagi ketika menghadapi masalah besar dan biasanya masalahnya selesai dengan baik, maka ia menetapkan hatinya untuk berpuasa dalam menghadapi penunggu pohon rambutan. Hatinya belum tenang sebelum membalas penghinaan ini.
Keesokan harinya dia minta ijin kerja selama 5 hari dengan alasan neneknya meninggal, padahal neneknya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan hari itu juga dia bertukar kost dengan dion karena rumah kost dion di Depok jauh lebih sunyi dan agak jauh dari keramaian sehingga dia dapat berpuasa dengan tenang.
Tujuh hari lamanya ia berpuasa, rela tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Selama tujuh hari pula ia mendekatkan diri kepada Tuhan, sholat dan berdzikir. Setelah menjalankan puasa, kepercayaan dirinya meningkat dan ia merasa yakin dapat menghadapi mahluk penunggu pohon rambutan.
Pada hari malam Jumat Kliwon, Brodin mempersiapkan dirinya dan pada jam 1 malam ia keluar lalu duduk di bawah pohon rambutan menunggu keluarnya sang penunggu pohon. Tidak lama kemudian terdengar suara burung gagak bersautan diiringi gemerisik angin bertiup kencang, aroma ketela bakar menyengat hidung, tiba-tiba muncul sosok mahluk tinggi besar dengan badan tertutup bulu tepat dibawah pohon rambutan.
Kali ini Brodin sudah siap, sehingga kemunculan dan penampilan mahluk itu sudah tidak membuatnya gentar.
"Ada apa lu manggil-manggil gue, mau gue kencingi lagi?" Tanya mahluk itu garang.
"Saya mau menuntut balas atas perlakuanmu dulu kepadaku, mentang-mentang jadi penunggu pohon seenaknya saja mengencingi orang.”
“Terus lu mau apa?”
“Paling nggak, kamu harus minta maaf sama saya.”
“Kalau gue kagak mau ..”
“Ya, terpaksa saya harus menghajarmu dan memaksamu minta maaf."
"Gue kepret lu. Anak kemarin sore berani nantangin gue, ini rasakan .." Sang Penunggu Pohon memulai serangannya dengan sebuah tamparan. Brodin menyambut serangan itu dengan tenang lalu membalas dengan pukulan dan tendangan beruntun.
Terjadi perkelahian yang seru, Brodin harus mengerahkan segala keahlian berkelahinya yang didapatkan di jalanan, sampai pada akhirnya Brodin dapat melepaskan tendangan yang tepat mengenai selangkangan mahluk itu.
"Mati burung gue .." Teriak mahluk itu sambil mendekap kemaluannya. Spontan, saat mahluk itu menunduk, Brodin menambahkan pukulan miring yang tepat menghantam tengkuk mahluk itu. Mahluk itu tergeletak tak berdaya sambil mengerang kesakitan.
"Bagaimana masih mau lagi?" Tanya Brodin.
"Ampun mas, gue kapok dan gue minta maaf .."
"Beneran lu sudah kapok?"
"Bener mas, gue nyerah sama mas."
"Awas kalo ganggu saya lagi."
"Gue tidak berani mas.."
"Ehh kalo rambutannya sudah mateng, anterin saya ya .."
"Beres mas .." Jawab mahluk itu.
"Sudah sana pergi, awas .. Ingat janjimu .."
"Ya mas, permisi .." Kata mahluk itu sambil menghilang.
Tinggal Brodin sendirian, setelah menyeka keringat yang membasahi mukanya, Brodin masuk ke dalam rumah lalu cuci muka dan cuci kaki terus tidur dengan perasaan lega.
Baca Juga : Mahluk Penunggu Kamar Kost, Misteri Gondoruwo dan Kesukaannya
Kesimpulan
Ternyata bagi orang yang berani, mahluk gaib seperti mahluk penunggu pohon tidak menakutkan, namun bagi yang merasa takut, mahluk ini begitu menyeramkan dan menakutkan. Semakin besar rasa takut kita maka mahluk itu akan semakin seram dan semakin menakutkan.
Tidak ada komentar