Asal-usul Karapan Sapi Madura

Asal-usul Karapan Sapi Madura – Karapan Sapi adalah tradisi yang menjadi ciri khas masyarakat Madura, Jawa Timur, yang diadakan setiap tahun pada bulan Agustus atau September. Sungguh menakjubkan melihat dua ekor sapi bertubuh besar menarik bajak yang ujung bawahnya rata ditambah seorang joki, dapat berlari dengan cepat dan gesit.

Asal-usul Karapan Sapi Madura

Konon, sapi-sapi tersebut dirawat dengan ekstra hati-hati dengan makanan yang mewah dibanding sapi-sapi lain yang bukan untuk karapan, telor, susu ditambah madu, rumput yang segar dan perawatan khusus lainnya.

Dan semua jerih payah itu akan terbayar lunas berikut bunganya apabila sapi-sapi tersebut memenangkan karapan atau perlombaan pacuan.  Harga sapi akan melambung tinggi, status sosial pemilikinya akan semakin meningkat dan sang joki akan menjadi terkenal.

Itulah karapan sapi yang menjadi kebanggaan masyarakat Madura dan sudah dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan turis-turis dari manca Negara.

Asal-usul Karapan Sapi

Tradisi Karapan Sapi di Madura bermula sejak jaman Pangeran Katandur (1561M). Mengutip lontarmadura.com, raja Sumenep yang arif bijaksana ini senantiasa memikirkan cara agar para petani dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Pada masa itu, cara bercocok tanam masih sangat sederhana dengan menggunakan peralatan serba batu.

Sang Pangeran kemudian menemukan ide cemerlang. Setelah berembuk dengan para cerdik pandai, dititahkan kepada ahli pertukangan untuk membuat alat dari bambu. Alat ini nantinya akan ditarik oleh dua ekor sapi, yang berguna untuk menggarap lahan pertanian. Diharapkan dengan bantuan alat tersebut dapat mengurangi beban kerja petani.

Setelah alat ini diterapkan, beban kerja petani memang jauh berkurang. Pada kesempatan lain, Pangeran Katandur yang penuh dengan pemikiran kreatif dan inovatif itu, melihat sebagian rakyatnya berkurang kesibukannya seusai panen. Maka terpikir oleh Sang Pangeran untuk memanfaatkan waktu luang tersebut.

Dalam benaknya timbul ide untuk membuat semacam keramaian sekaligus kegiatan rekreasi. Dia berharap kegiatan tersebut nantinya akan mampu meningkatkan hasil, baik hasil peternakan maupun pertanian.

Ide itu berbentuk sebuah permainan, semacam perlombaan memacu sapi yang berpasang-pasangan di sebuah area tegalan yang luas. Dalam perlombaan itu, pasangan sapi yang berpacu harus menggunakan peralatan yang berupa 'bajak' yang sebelumnya ditemukan untuk meningkatkan hasil pertanian.

Alat yang digunakan untuk menggandengkan dua ekor sapi tersebut terbuat dari bambu dan ujung bawahnya dibuat rata, sehingga tidak mencongkel tanah. Alat inilah yang sampai sekarang disebut 'kaleles'.

Sejak itulah, karapan sapi menjadi permainan dan perlombaan rakyat yang sangat digemari. Pada umumnya diadakan seusai panen. Karapan sapi menjadi bentuk pesta hiburan rakyat dan menjadi terkenal ke seluruh dunia. Bahkan menjadi semacam lambang identitas masyarakat Madura yang terkenal pemberani, tangkas dan tahan banting.

Identitas itu terutama tergambar pada para Penongkok atau Joki juga menjadi kisah tentang kejantanan orang Madura. Kecepatan, ketangkasan, kecekatan dan kepiawaian ketika mengendalikan sapi-sapi tunggangan, merupakan sebuah prestasi yang fantastis dan menakjubkan.

Tak kalah dengan kepiawaian para matador di gelanggang adu banteng di Spanyol.


Tidak ada komentar