Arwah Kai Jamur
Arwah Kai Jamur - Adalah arwah sepasang suami istri, korban tabrak lari yang meninggal tanpa sepengetahuan sanak keluarganya. Kedua korban tersebut dikuburkan oleh orang yang menemukan mayatnya dengan cara sederhana, hanya diberi tanda dengan sebuah kayu yang sudah berjamur.
Karena takut menjadi saksi atau alasan yang lain, orang yang menemukan mayat tersebut tidak melaporkan kepada polisi. Hingga sampai sekarang makam itu tidak dikenali, orang-orang menyebutnya sebagai makam Kai Jamur.
Arwah Kai Jamur dan istrinya masih belum sempurna sehingga menjadi arwah penasaran yang dilupakan oleh sanak keluarganya. Arwah itu mengganggu orang-orang yang melintas di jalan km 38 Semboja, Balikpapan, khususnya pada saat hari menjelang petang. Disebut Kai (bahasa Banjar) yang artinya kakek karena kemunculannya berwujud sosok seorang kakek.
Beberapa orang yang pernah diganggunya bercerita kepada teman dan sanak familinya sehingga keberadaan Kai Jamur menjadi buah bibir dan terkenal di daerah itu.
Kisah berikut ini adalah kisah nyata, salah satu kesaksian suami-istri yang pernah diganggu oleh Kai Jamur.
"Allahu Akbar .. Allahu Akbar .. Allahu Akbar .. Walilahi ilham." Sayup-sayup masih terdengar gema takbir berkumandang.
Suasana Lebaran masih kental, jalanan masih ramai dengan lalu-lalang orang yang saling berkunjung.
Begitulah pada hari raya Lebaran, segenap anggota keluarga berkumpul dan bersama-sama melaksanakan sholat Ied dan ziarah ke makam leluhur.
Demikian juga Rudi dan istrinya, mereka tinggal di kota Balikpapan, wajib hukumnya jika pada hari Lebaran harus pulang kampung untuk mengunjungi sanak kerabatnya. Meskipun kedua orang tuanya sudah setahun yang lalu meninggal, namun kebiasaan mudik atau pulang kampung masih rutin mereka lakukan.
Mereka berangkat pagi hari sekali menuju desa Semoi Dua, Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Propinsi Kalimantan Timur. Jaraknya kurang lebih 50-60 km dari kota Balikpapan. Setelah mengunjungi tetangga dan kerabatnya, karena jarak Balikpapan - Semoi tidak terlalu jauh, maka pada sore hari mereka kembali menuju ke kota Balikpapan.
Sore itu langit cerah, Rudi dan istrinya bersiap untuk kembali ke Balikpapan. Setelah memerika barang bawaan dan mengecek kesiapan sepeda motornya, mereka berangkat. Sepeda motor mereka melaju dengan santainya melewati jalan-jalan berkelok, tanjakan dan tikungan, tidak terburu-buru. Rudi hampir dikatakan sudah hafal dengan rute perjalanan yang akan dilewati.
Langit mulai gelap ketika mereka sampai di Kilometer 38. Tepat sebelum simpang tiga jalan poros Samarinda-Balikpapan, tiba-tiba mesin sepeda motornya berhenti mendadak dan tidak bisa dinyalakan lagi.
Rudi berusaha memperbaiki sepeda motornya, dibersihkan businya, dicek semua kelengkapannya namun mesin sepeda motor tetap tidak mau menyala. Setelah berusaha memperbaiki beberapa kali tapi mesin sepeda motor masih tetap tidak mau menyala, dia menyerah.
Setelah istirahat sebentar, Rudi berusaha mencari bengkel yang buka dekat tempat mereka berhenti, namun tidak ada satu pun bengkel yang buka. Mungkin masih dalam suasana Lebaran atau sudah waktunya tutup, karena hari sudah menjelang senja.
Karena sudah berusaha namun tidak mendapatkan hasil, akhirnya dia menyerah dan pasrah, hanya menunggu pertolongan orang yang melewati jalan itu.
Mereka berdua berdiri di pinggir jalan sambil melambai-lambaikan tangannya berharap ada orang yang mau berhenti dan mau menolongnya. Namun hampir dua jam berlalu tidak ada satupun pengguna jalan yang lewat jalan itu mau berhenti. Ada yang berhenti sebentar tapi jalan lagi, namun sebagian besar hanya menengok lalu mengacuhkan saja.
Lelah berdiri, mereka lalu duduk terkulai di pinggir jalan menunggu pertolongan. Sambil berusaha menghibur istrinya, Rudi mengedarkan pandangannya ke lingkungan di sekelilingnya, hatinya berdesir ketika mengetahui tempat mereka berhenti ini adalah sebuah pemakaman yang kurang dirawat sehingga berkesan gelap dan angker. Nalurinya menangkap adanya keganjilan.
"Aduh, sepertinya saya sedang diganggu oleh penunggu tempat ini." Batin Rudi.
Rudi segera berdoa dalam hati, "Tuhan tolonglah hambaMu ini. Lindungilah hamba dari godaan jin dan manusia."
Rupanya Tuhan langsung menjawab doa-nya, tidak menunggu begitu lama, tiba-tiba datang sebuah mobil pick up menghampiri mereka.
"Sepeda motornya mogok ya?" Tanya salah seorang dari mereka. Sepertinya rombongan keluarga.
"Ya Pak, saya minta tolong agar diperbolehkan numpang sampai ke bengkel terdekat." Jawab Rudi.
"Silahkan mas." Jawab orang itu.
Tanpa banyak tanya lagi mereka segera menaikan sepeda motor ke atas mobil pick up termasuk Rudi dan istrinya lalu membawanya menuju Balikpapan.
"Di tempat itu memang sering terjadi kejadian aneh-aneh mas. Seperti nenek atau anak kecil lewat sehingga pengguna jalan terkejut lalu mengerem atau menghindar sehingga mengalami kecelakaan." Kata penumpang pickup yang bernama Tanto.
"Oh, begitu rupanya."
"Saya ini asli orang Semoi dan sering melewati jalan ini, tapi baru kali ini saya mengalami kejadian seperti ini." Lanjut Rudi.
"Makanya mas, kalau lewat jalan itu, tekan klakson atau nyalakan lampu jauh untuk minta ijin lewat." Timpal Tanto. Kemudian Tanto melanjutkan ceritanya.
"Dahulu di tempat itu beberapa tahun yang lalu pernah terjadi kecelakaan, tabrak lari. Korbannya sepasang suami-istri, ketika itu keduanya masih hidup dengan luka yang cukup parah namun ditinggal begitu saja oleh pelakunya. Kemudian mereka minta tolong kepada pengguna jalan yang lewat tempat itu tapi sampai istrinya meninggal tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya. Hingga datang seorang petani yang kebetulan melewati tempat itu lalu membantunya, namun sudah terlambat. Sebelum kematiannya sang Suami bersumpah akan mengganggu pengguna jalan yang lewat jalan itu. Oleh Petani itu keduanya lalu dikuburkan di tempat itu juga, tanpa batu nisan hanya diberi tanda tanaman jamur. Sehingga sampai sekarang orang-orang memanggilnya 'Kai Jamur'."
"Sejak kejadian itu, tempat itu menjadi angker dan banyak korban kejahatan lainnya seperti pembunuhan seorang wanita dua tahun lalu yang dibuang di tempat itu juga sehingga semakin lama menjadi semakin angker dan menakutkan."
Rudi manggut-manggut mendengarkan cerita Tanto.
"Oh, begitu ceritanya. Baru kali ini saya mendengar kisah itu."
"Omong-omong mas Tanto ini, darimana dan mau kemana?" Tanya Rudi.
"Kami dari Samarinda hendak ke Balikpapan, ketika di tikungan kilometer 38 tadi saya melihat mas berdua. Hati kami terketuk lalu putar haluan mendatangi kalian."
Karena hari sudah malam, Rudi dan istrinya tidak dapat melihat adanya keanehan pada penolongnya.
Tanpa disadari mereka sudah sampai di Kilometer 12 Balikpapan, ketika ada bengkel buka, Rudi dan istrinya serta motornya diturunkan di bengkel itu. Rudi lalu menceritakan kerusakan motornya kepada orang bengkel kemudian ia mau mengucapkan terima kasih kepada Tanto dan pemilik mobil pickup.
Namun mobil itu sudah tidak ada lagi seperti menghilang begitu saja. Rudi menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan mobil itu namun tidak ketemu juga, lalu ia menanyakan kepada orang bengkel, "mas mobil pickup yang mengantar saya tadi kemana?"
"Mobil apa? Sampean tadi mendorong motor ini ke sini berdua saja tidak ada mobil yang mengantar." Jawab orang bengkel.
"Benar mas, tadi saya diantar oleh sebuah mobil pickup, saya ingat ciri-cirinya." Kata Rudi ngotot.
"Tidak ada mas, kalo masih gak percaya coba tanyakan kepada yang lain."
Rudi diam termenung, dengan bermacam-macam pertanyaan berkecamuk di kepalanya.
"Mas motornya baik-baik saja tidak ada yang rusak." Kata orang bengkel.
Rudi tidak percaya, lalu mencobanya, hidup.
Akhirnya Rudi dan istrinya meninggalkan bengkel itu dengan berbagai pertanyaan belum terjawab.
Tidak ada komentar